Jumat, 20 Februari 2015

Seribu Jilbab di Masjid Cheng Ho Saat IMLEK

Asdihen - Menyambut perayaan Imlek, Komunitas Wirausaha Muslim (KWM) menggelar lomba bertema 'Seribu Jilbab untuk Mualaf' di Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, Jawa Timur. Perayaan tahun baru bagi kaum Tionghoa ini bertujuan untuk syiar agama bagi mereka warga Tionghoa di Kota Pahlawan yang beragama muslim.

Ada sekitar 100 nonik ikut meramaikan lomba mengkreasi berbagai macam jilbab di masjid milik warga Tionghoa di Surabaya ini. Di antaranya ada model khas Paris, kemudian Pashmina atau lokal yang dikombinasikan dengan bentuk wajah dan dipadu baju panjang menutup aurat.

Menurut Humas KWM, Wirawan Dwi, untuk menyambut Imlek, pihaknya juga ingin berpartisipasi melalui lomba kreasi jilbab yang diikuti ratusan mualaf Tionghoa di Surabaya.

"Pada lomba ini, para mualaf Tionghoa diberi kebebasan berkreasi menciptakan model jilbab sesuai selera dan berdasarkan kepribadian masing-masing," kata Wirawan di lokasi lomba, Masjid Muhammad Cheng Ho, Kamis (19/2).

Wirawan mencontohkan, hijabers yang jiwanya pemalu tentu akan menciptakan bentuk jilbab yang dipakai layaknya anak sekolah yang baru belajar berhijab dan suka memberikan pernak-pernik berwarna-warni.

"Dengan kegiatan ini, kita harapkan bisa memotivasi para mualaf Tionghoa agar bisa menutup auratnya sesuai ajaran Islam. Dengan menjadi muslimah sedikit demi sedikit mereka harus mengubah kebiasaan yang dulu biasa mereka lakukan," katanya lagi.

Mungkin, kata dia, sebelum memutuskan untuk mengucap dua kalimat syahadat dan menjadi muslimah, mereka dulunya suka mengenakan rok mini, baju lengan pendek dan lainnya. Setelah masuk Islam mereka harus bisa menutup auratnya.

"Karena muslimah harus menutup auratnya. Selain itu lomba ini juga untuk menunjukkan bahwa dengan mengenakan hijab dan menutup anggota tubuhnya, mereka tetap bisa tampil cantik," sambungnya.

Dalam perayaan Imlek, warga Tionghoa yang beragama muslim, juga tidak meninggalkan budayanya, yaitu saling bersilaturahmi dengan saudara sesama etnis Tionghoa, baik muslim atau nonmuslim.

Wirawan menegaskan, dengan menggelar acara Seribu Jilbab untuk Mualaf, diharapkan Islam lebih dikenal lagi di kalangan warga Tionghoa, sekaligus sebagai syiar Islam dengan cara 'gethok tular.'

"Warga Tionghoa atau lainnya yang nonmuslim, diharapkan juga bisa melihat budaya santun dari para mualaf serta diharapkan tertarik memeluk Agama Islam," harap dia.

Sementara, Ketua Harian Yayasan H Muhammad Cheng Ho, Hasan Basri alias Liem Fus Shon mengatakan, perayaan Imlek milik bersama, tidak memadang agama apa yang dianut, bukan hanya milik mereka yang merayakannya di Wihara saja.

"Tapi semua warga Tionghoa, baik muslim maupun nonmuslim," katanya.

Seperti halnya dikatakan Wirawan, Hasan Basri juga menyampaikan, di Hari Imlek ini, pihaknya juga ingin menjalin silaturahmi antar sesama mualaf warga Tionghoa.

"Silaturrahminya pas momen Imlek tapi dikemas dengan kegiatan lomba kreasi hijab," ucapnya.

Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu peserta lomba, Riana. Kata mualaf Tionghoa ini, meski tata cara berbusana sebagai muslimah harus dikedepankan, bukan berarti mumutus hubungan silaturahmi.

"Sesama etnis Tionghoa, kita juga tetap harus menghormati saudara-saudara kita sesama yang nonmuslim," kata Riana.(hen)

0 komentar:

Posting Komentar